Saturday, April 11, 2020

Memperkecil Kesenjangan Kompetensi Lulusan SMK


Upaya Memperkecil Kesenjangan Kompetensi Lulusan Sekolah Menengah Kejuruan
dengan Tuntutan Dunia Industri

Nugroho Wibowo1
1Guru SMK N 1 Saptosari Gunungkidul
Email: asyifahaifa3@gmail.com


Abstrak

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebagai salah satu pemegang peranan penting dalam penyiapan tenaga kerja dituntut untuk selalu dapat mengikuti kebutuhan pasar yang terus berkembang. sekolah yang ada di Indonesia belum membentuk lulusannya mempunyai dua keterampilan yaitu hard skill dan soft skill dan pada akhirnya lulusannya akan sulit bersaing di dunia kerja. Dalam menyiapkan tenaga kerja yang berkompeten sesuai harapan industri, SMK dapat melaksanakan program-program kegiatan yaitu: 1) program teaching factory; 2) Jalinan kerjasama dengan industri yang berbentuk:  pengelolaan prakerin yang baik, magang (On Job Training), pengelolaan kunjungan industri, rekruitmen tenaga kerja, penyelenggaraan kelas industri; dan 3) Penyuluhan dan pembinaan dari stake holder terkait dengan ketenagakerjaan.

                       
Kata kunci: kesenjangan kompetensi, kompetensi lulusan SMK, tuntutan industri

Abstract
Vocational High School as one of the holders of a significant role in preparing the workforce required to always be able to follow the needs of the growing market. schools in Indonesia has yet to form two skills that graduates have the hard skills and soft skills and eventually graduates will be difficult to compete in the world of work.
In preparing a competent workforce as expected industrial, SMK can implement programs of activities, namely: 1) a program teaching factory; 2) The partnership with industry in the form: prakerin good management, On Job Training, the management of industrial visits, labor recruitment, implementation of industrial grade and counseling and guidance from stakeholders related to employment.

Key words: competency gap, graduates of vocational competence, industry demands





PENDAHULUAN
Pada tahun 2015 seluruh negara yang berada dalam kawasan ASEAN akan memulai sebuah hubungan kerjasama yang akan menjadi sebuah pencapaian baru dalam sejarah hubungan kerjasama internasional di ASEAN, yaitu AFTA (Asean Free Trade Area) yang akan dimulai pada akhir tahun 2015 nanti. AFTA sendiri merupakan wujud dari kesepakatan dari negara-negara ASEAN untuk membentuk suatu kawasan bebas perdagangan dalam rangka meningkatkan daya saing ekonomi kawasan regional ASEAN dengan menjadikan ASEAN sebagai basis produksi dunia serta serta menciptakan pasar regional bagi penduduk dikawasan tersebut. Pengaruh AFTA didalam sistem pendidikan Indonesia sudah dapat kita rasakan hari ini, dimana pemerintah dihadapkan pada sebuah tantangan besar untuk membuat kebijakan-kebijakan yang mendukung untuk menyiapkan tenaga kerja Indonesia yang mampu bersaing  untuk melewati tantangan AFTA 2015. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebagai salah satu pemegang peranan penting dalam penyiapan tenaga kerja dituntut untuk selalu dapat mengikuti kebutuhan pasar yang terus berkembang. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 29 Tahun 1990 tentang pendidikan menengah pasal 3 ayat 2 menyebutkan bahwa, “Sekolah Menengah Kejuruan mengutamakan penyiapan siswa untuk memasuki lapangan kerja serta mengembangkan sikap profesional”. Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa keberadaan SMK saat ini dinilai masih kurang dalam penyiapan lulusannya sebagai tenaga siap kerja. Menurut Dani Wardani (Callan, VJ:2003 dan Clarke, M:2007) mensinyalir bahwa ada perbedaan tujuan antara dunia pendidikan dengan dunia industri karena dunia sekolah menginginkan lulusan yang mempunyai nilai yang tinggi dalam waktu yang cepat sedangkan dunia industry menginginkan lulusan dengan kompetensi teknis dan sikap yang baik.
Kenyataan di atas dibuktikan dengan jumlahnya pengangguran yang ada di Indonesia, dari data  BPS yang yang berkaitan dengan hal di atas dari http://bisniskeuangan.kompas.com pada Agustus 2013 lulusan SMK yang menganggur mencapai 11, 21 persen terhadap jumlah pengangguran terbuka, dan itu merupakan angka tertinggi disusul lulusan SMA sebesar 9,55 persen, lulusan SMP sebesar 7,15 persen, lulusan diploma sebesar 6,14 persen, lulusan dari universitas sebesar 5,65 persen dan terakhir dari lulusan SD menyumbang 3,04 persen. Hal di atas menunjukkan belum adanya link and match antara sekolah dan industri sehingga lulusan SMK belum terserap di dunia industri, kompetensi lulusan SMK yang diharapkan oleh industri belum terbentuk dengan baik, kompetensi yang diharapkan oleh industri adalah keterampilan sesuai dengan bidangnya (hard skill) dan kompetensi sikap, kerjasama, motivasi yang tergolong dalam soft skill. Rata-rata sekolah yang ada di Indonesia belum membentuk lulusannya mempunyai dua keterampilan di atas dan pada akhirnya lulusannya akan sulit bersaing di dunia kerja. Belum adanya kesamaan  visi di atas antara sekolah dan industri menjadikan penulis ingin memberi gambaran cara meminimalisir celah antara lulusan SMK dengan tuntutan industri.
Dari paparan diatas dapat ditarik identifikasi masalah yang berkaitan dengan kesenjangan antara SMK dengan industri  yaitu: (a) Tantangan AFTA membutuhkan penyiapan tenaga kerja yang kompeten yang dibutuhkan oleh industri. (b) Adanya celah antara kompetensi yang dibutuhkan industri dengan lulusan yang dihasilkan oleh SMK. (c) Lulusan SMK belum mempunyai dua kompetensi pokok yang dibutuhkan oleh industri yaitu kemampuan hard skill dan soft skill atau terkadang hanya salah satu yang dikuasai lebih baik.
Dari identifikasi masalah–masalah di atas timbul pertanyaan bagaimana cara yang harus dilakukan SMK untuk memperkecil jarak kompetensi antara lulusan SMK dengan kebutuhan industri.

Peran SMK dalam pendidikan di Indonesia
SMK merupakan salah satu dari penyelenggara pendidikan, SMK sebagai salah satu lembaga pendidikan kejuruan memiliki tugas untuk mempersiapkan peserta didiknya untuk dapat bekerja sesuai dengan bidang keahliannya. SMK merupakan salah satu bentuk satuan pendidikan formal di Indonesia yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan pada jenjang pendidikan menengah sebagai lanjutan dari SMP, MTs, atau bentuk lain yang sederajat. Sekolah di jenjang pendidikan dan jenis kejuruan dapat bernama SMK atau Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang sederajat.
Tujuan pendidikan menengah kejuruan menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, terbagi menjadi tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum pendidikan menengah kejuruan adalah (a) meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta didik kepada Tuhan Yang Maha Esa; (b) mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi warga Negara yang  berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, demokratis dan bertanggung jawab; (c) mengembangkan potensi peserta didik agar memiliki wawasan kebangsaan, memahami dan menghargai keanekaragaman budaya bangsa Indonesia; dan (d) mengembangkan potensi peserta didik agar memiliki kepedulian terhadap lingkungan hidup dengan secara aktif turut memelihara dan melestarikan lingkungan hidup, serta memanfaatkan sumber daya alam dengan efektif dan efisien.
Proses pembelajaran di SMK menuntut siswa mempunyai tiga ranah kompetensi yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik. SMK dituntut harus mampu menciptakan Sumber Daya Manusia (SDM) yang dapat beradaptasi dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam proses pembelajaran di SMK tugas utamanya adalah pencetak tenaga kerja yang siap pakai harus membekali peserta didiknya dengan pengetahuan dan keterampilan yang sesuai dengan kompetensi program keahlian mereka masing-masing.
Lulusan SMK berperan dalam memenuhi kebutuhan dunia kerja sebagai tenaga kerja tingkat menengah, selain diharuskan menguasai kompetensi di bidangnya juga harus mampu melakukan pengembangan diri sebagai upaya agar tetap mampu berkompetisi pada saat ini maupun untuk masa yang akan datang menyesuaikan tuntutan jaman. SMK membekali lulusannya dengan kemampuan kognitif (pengetahuan) dan kemampuan psikomotorik atau keterampilan (skill), ranah berikutnya adalah adaptif,  tujuannya adalah membekali lulusannya dengan kemampuan adaptif, yaitu kemampuan untuk melakukan penyesuaian dan pengembangan diri sesuai dengan perkembangan teknologi dan industri yang ada, kompetensi adaptif yang diberikan berupa materi pengetahuan dasar di bidang teknologi sesuai dengan bidangnya masing-masing.

Tuntutan Dunia Industri
Proses pendidikan di SMK merupakan pembelajaran yang intinya adalah menyediakan sumber daya insani yang mempunyai daya saing secara internasional karena di tahun-tahun yang akan datang tantangan internasional lebih mendominasi. Untuk itulah perlu ada upaya atau strategi dan kebijakan yang perlu dilakukan sebagai antisipasi bagi perbaikan dan pengembangan proses pendidikan. Dunia industri sebagai pengguna dari lulusan pendidikan kejuruan atau pendidikan profesional lainnya senantiasa melihat dan menaruh perhatian yang amat besar pada kompetensi sumber daya manusia itu.  Menurut Tripathy dalam Pramudi Utomo (2011), semua pekerja pada dunia industri yang berskala internasional mempersyaratkan penguasaan landasan-landasan kompetensi dan keterampilan dengan kinerja tinggi. Sekalipun demikian, bagi sebuah perusahaan mengisyaratkan bahwa tidak semua pekerja dengan hard skill yang dimiliki dapat menjamin kesuksesan perusahaan dengan laba yang banyak.
Secara umum beberapa industri menginginkan lulusan yang mempunyai dua kompetensi pokok yaitu hard skill dan soft skill. Kompetensi hard skill berupa keterampilan yang digunakan untuk bekerja sesuai bidang keahliannya, sedangkan kompeensi soft skill digunakan untuk mendukung pekerja menyelesaikan tugasnya. Keterampilan pokok dipelajari ketika lulusan berada di SMK lewat proses pembelajaran sedangkan soft skill selain di sekolah juga bisa di ajarkan lewat pembiasaan di sekolah maupun lingkungan luar sekolah. Lebih lanjut Patric S O’ Brien menjelaskan di Winning Characteristic di http://bisniskeuangan.kompas.com menyebutkan bahwa soft skill meliputi: communication skill, organizational skill, leadership skill, logic skill, effort skill, group skill dan ethic.

Langkah SMK terhadap Tuntutan Dunia Industri
Kunci pokok pengembangan SMK terletak pada manajemen sekolah, sekolah seharusnya melakukan proses perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi terhadap semua kegiatan yang ada di sekolah. Kerjasama sekolah dengan industri adalah suatu keharusan oleh sebuah SMK, karena beberapa kegiatan sekolah selalu melibatkan dunia industri misalnya Prakerin, On Job Training (OJT), kunjungan industri dan sebagainya. Peran industri juga dituntut untuk lebih dalam terlibat dalam kegiatan-kegiatan tersebut, terkadang industri yang terlibat tidak terlalu berperan banyak karena industri biasanya mempunyai polapikir pragmatis terhadap keuntungan bisnis mereka.
Manajemen sekolah harus mempunyai strategi yang mengakomodir kepentingan kedua belah pihak agar kerjasama dengan industri dapat berjalan dengan lancar dan berkesinambungan. penyamaan visi kerjasama dalam berbagai bentuk kegiatan harus bertujuan sama yaitu menyediakan lulusan yang sesuai dengan dunia kerja. Bentuk-bentuk kegiatan disekolah yang dapat memperkecil celah antara SMK dengan insustri diantaranya:


1.      Program Teaching Factory
Kegiatan teaching factory terdiri dari dua prinsip utama yaitu pembelajaran berbasis kompetensi dan pembelajaran berbasis produksi. Pembelajaran berbasis kompetensi menurut Graeme Dobson yang dikutip Nuryake Fajaryati (2012) adalah pembelajaran yang bertujuan untuk membantu peserta didik memperoleh keterampilan dan pengetahuan sehingga mereka mampu melakukan tugas sesuai dengan standar yang telah ditentukan. Prinsip yang kedua adalah pembelajaran berbasis produksi menurut Harianto dan Saefudin dalam Nuryake Fajaryati; 2012 menyatakan bahwa pembelajaran yang berarti siswa terlibat dalam proses produksi.
Bentuk kongkrit teaching factory di sekolah yang ada di Indonesia adalah penyediaan produksi dan jasa yang sesuai dengan kompetensi yang ada di sekolah tersebut atau dinamakan Unit Produksi dan Jasa (UPJ). Pengelolaan UPJ yang ada di sekolah selama ini belum optimal karena belum mengabungkan kedua prinsip pembelajaran  yaitu pembelejaran berbasis kompetensi dan pembelajaran berbasis produksi. Langkah-langkah yang harus dilakukan agar pengelolaa UPJ berjalan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai adalah:
a.       Pengelolaan kegiatan pembelajaran
            Pengelolaan pembelajaran untuk meningkatkan kompetensi yang sesuai dengan dunia industri meliputi:
1)      Proses pembelajaran keterampilan dirancang berdasarkan prosedur dan standar yang sesungguhnya
2)      Setting pembelajaran dibuat sesuai dengan kenyataan yang ada di industri
3)      Pembelajaran berpusat pada student active learning dan learning by doing.
4)      Pembelajaran dirancang untuk tujuan pembelajaran yang meningkatkan kemampuan soft skill (mandiri, kerjasama, pantang menyerah, tanggung jawab dan sebagainya)
5)      Mensoialiasikan kegiatan pembelajaran ke seluruh stake holder sekolah agar menjadi satu pemahaman tujuan.
6)      Melakukan evaluasi secara periodic terhadap pembelajaran yang berbasis teaching factory.


b.      Pengelolaan kegiatan produksi
                  Pengelolaan kegiatan  produksi dapat dilakukan dengan:
1)      Sekolah menjalin kerjasama dengan industri untuk kepentingan job order dan kerjasama pemasaran terhadap produk siswa.
2)      Sekolah melakukan perencanaan dengan menganalisis jenis-jenis kegiatan yang laku atau berprospek  menjadi keuntungan di lingkungan sekolah.
3)      Sekolah melakukan perencanaan meliputi: pembentukn tim, program kerja, kebutuhan pengadaan alat dan bahan, perencanaan harga, dan program pemasaran produk atau jasa.
4)      Sekolah melakukan pemantauan (quality control) terhadap pelaksanaan produksi dengan kualitas sebagai bahan patokan.
5)      Sekolah melakukan evaluasi secara periodik terhadap pelaksanaan teaching factory, misalnya produk yang dihasilkan, evaluasi harga, bentuk kerjasama pemasaran dengan industri dan lain-lain.
Sinergi antara kedua kegiatan yaitu: kegiatan pembelajaran dengan kegiatan produksi diperlukan untuk pengembangan teaching factory kearah yang lebih baik memerlukan kerjasama yang partisipatif antar seluruh warga sekolah.

2.      Kerja sama dengan industri
Bentuk kerjasama antara SMK dengan industri yang selama ini dilakukan oleh sekolah-sekolah berbentuk pelaksanaan kegiatan Praktik Kerja Industri (Prakerin). Sekolah memberikan kepercayaan terhadap industri untuk membimbing siswa mencapai kompetensi sesuai dengan kurikulum.  Kegiatan-kegiatan kerjasama lain dapat dilakukan untuk memperkecil celah kompetensi anatara lulusan SMK dengan industri diantaranya:
a.    Pengelolaan Prakerin
            Pengelolaan kegiatan ini terkadang belum optimal karena proses monitoring pembimbing sekolah terbatas, untuk itu diperlukan langkah-langkah pengelolaan Prakerin yaitu: 1) sekolah melakukan pendataan dan mengevaluasi tempat atau lokasi yang standar kareana terkadang pencarian lokasi dilakukan oleh siswa dan sekolah tidak mengontrol kegiatan tersebut; 2) sekolah melakukan pembekalan prakerin yang berisi gambaran nyata akan pekerjaan dan sikap yang harus dilakuan selama prakerin; 3) sekolah melakukan pembimbingan secara periodik minimal satu bulan sekali; 4) evaluasi periodik terhadap kualitas pembelajaran di industri minimal satu bulan sekali.
b.   Magang Industri (On Job Training) untuk guru dan siswa
            Kegiatan magang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan sesuai dengan perkembangan teknologi yang terus berkembang, sekolah sebaiknya menjalin kerjasama dengan industry agar industri menyediakan waktu untuk dunia pendidikan jika terdapat teknologi baru yang mereka ciptakan.
c.    Kunjungan Industri
            Bentuk kegiatan nyata yang bisa dilihat oleh siswa adalah kegiatan kunjungan industri, dimana siswa secara langsung berkunjung ke industri untuk melihat proses produksi yang dilakukan mulai dari persiapan produksi sampai dengan pasca produksi.. Sebaiknya sekolah menjalin kerjasama yang baik
dengan industri yang berskala nasional atau internasional sebagai lokasi kunjungan.
d.   Kelas Industri
            Salah satu tujuan kelas industri adalah siswa dapat mengikuti pembelajaran sesuai dengan kegiatan nyata di industri, dalam hal ini sekolah dituntut mendatangkan industri yang mau memberikan pendidikan disekolah dan tindak lanjutnya biasanya pada rekruitmen tenaga kerja. kurikulum dalam kelas industri disusun oleh sekolah dan industri, peran industri disini dituntut untuk menskenario proses pembelajaran yang menghasilkan lulusan yang sesuai dengan tuntutan dunia kerja.
e.    Rekriutmen Tenaga Kerja
            Peran Bursa Kerja Khusus (BKK) sangat penting dalam proses rekriutmen tenaga kerja, sekolah melalui BKK sebaiknya menjalin kerjasama dengan industri agar industri bersedia mencari lulusan untuk bekerja. Jalinan kerjasama rekruitmen dengan industri sebaiknya secara terus menerus dan selalu dievaluasi secara periodik agar terus dapat berjalan sesuai rencana.

3.      Peningkatan pengetahuan bekerja dari lembaga terkait
Lembaga-lembaga terkait yang langsung berhubungan dengan tenaga kerja adalah Departemen Tenaga Kerja, lembaga tersebut berwenang untuk memberikan informasi,  pelatihan, dan penyaluran teaga kerja. sekolah sebaiknya menyiapkan siswa yang akan lulus tentang aturan-aturan tenaga kerja dan  proses penyaluran agar siswa mempunyai gambaran tentang proses ketenagakerjaan yang sesuai dengan aturan. Bentuk kegiatan-kegiatan tersebut diantaranya: (a) Sosialisasi aturan-aturan dan proses rekruitmen ketenagakerjaan. (b) Penyiapan kompetensi soft skill dalam menyongsong dunia kerja. (c) Pendidikan dan pelatihan calon tenaga kerja, dan (d) penyaluran tenaga kerja baik ke dalam maupun keluar negeri.

SIMPULAN
Langkah kongrit yang bisa dilakukan sekolah untuk memperkecil kesenjangan antara SMK dengan industri terkait dengan kompetensi yang dipunyai oleh lulusan SMK adalah menyiapkan tenaga kerja yang berkompeten baik dari segi hard skill maupun soft skill sesuai harapan industri, SMK dapat melaksanakan program-program kegiatan yaitu: 1) program teaching factory; 2) pengelolaan prakerin yang baik; 3) pengelolaan kunjungan industri; 4) penyelenggaraan kelas industri; 5) program On Job Training dan 6) penyuluhan dan pembinaan dari stake holder terkait dengan tenaga kerja.
Harapan yang diinginkan sekolah terhadap dunia industri untuk siap bekerja sesuai tuntutan dunia kerja adalah industri sebaknya lebih terbuka dan intens kepada dunia pendidikan terutama dalam kerjasama dalam bentuk- bentuk yang saling menguntungkan contohnya: rekruitmen tenaga kerja, pembentukan kelas industri, penyediaan lokasi prakerin dan kunjungan industri.



Daftar Rujukan

Arikunto, Suharsimi. (2007). Karya Tulis Ilmiah Non penelitian. Kumpulan Makalah. Tidak diterbitkan
Depdiknas. (1990). Peraturan  Pemerintah Nomor 29, Tahun 1990, tentang Pendidikan Menengah
Depdiknas. (2003). Undang Undang RI No 20, Tahun 2003, tentang Sistim Pendidikan Nasional
Fajaryati, Nuryake. (2012) Evaluasi Pelaksanaan Teaching Factory SMK di Surakarta. Jurnal Pendidikan Vokasi No 2 Volume 3 Tahun 2012
Suryowati, Estu. (2014). Mencetak Lulusan yang Diharapkan Industri. Artikel. Diambil tanggal 27 April 2015 dari http://bisniskeuangan.kompas.com
Utomo, Pramudi. (2011). Peranan SDM Unggul Berkarakter dan Tuntutan Dunia Industri Makalah. Diambil tanggal 27 Aprl 2015 dari http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/131576241/mklh_semnas2011_SDM%20dan%20Tuntutan%20Industri.pdf
Wardani, Dani. (2011) Kontribusi Keterampilan Sosial Dalam Pembelajaran IPS Terhadap Kesiapan Kinerja Praktek Kerja Industri. Jurnal UPI Edisi Khusus No. 2 Agustus 2011


No comments:

Post a Comment

Posisi Car Lift

 Posisi Car Lift ketika Mengangkat Kendaraan saat di Servis Tahukah anda apa fungsi Car Lift? Car lift adalah alat pengangkat khusus kendara...