Upaya Memperkecil
Kesenjangan Kompetensi Lulusan Sekolah Menengah Kejuruan
dengan Tuntutan
Dunia Industri
Nugroho
Wibowo1
1Guru SMK N 1 Saptosari Gunungkidul
Email:
asyifahaifa3@gmail.com
Abstrak
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebagai
salah satu pemegang peranan penting dalam penyiapan tenaga kerja dituntut untuk
selalu dapat mengikuti kebutuhan pasar yang terus berkembang. sekolah
yang ada di Indonesia belum membentuk lulusannya mempunyai dua keterampilan yaitu
hard skill dan soft skill dan pada akhirnya lulusannya akan sulit bersaing di
dunia kerja. Dalam menyiapkan tenaga kerja yang berkompeten sesuai harapan industri,
SMK dapat melaksanakan program-program kegiatan yaitu: 1) program teaching
factory; 2) Jalinan kerjasama dengan industri yang berbentuk: pengelolaan prakerin yang baik, magang (On Job
Training), pengelolaan kunjungan industri, rekruitmen tenaga kerja,
penyelenggaraan kelas industri; dan 3) Penyuluhan dan pembinaan dari stake
holder terkait dengan ketenagakerjaan.
Kata kunci: kesenjangan
kompetensi, kompetensi lulusan SMK, tuntutan industri
Abstract
Vocational High School as one of
the holders of a significant role
in preparing the workforce required to always be able to follow the needs of the growing market. schools in Indonesia
has yet to form two skills that graduates
have the hard skills and soft skills and eventually
graduates will be difficult to compete in the world of work.
In preparing a competent workforce as expected industrial, SMK can implement programs of activities, namely: 1) a program teaching factory; 2) The partnership with industry in the form: prakerin good management, On Job Training, the management of industrial visits, labor recruitment, implementation of industrial grade and counseling and guidance from stakeholders related to employment.
In preparing a competent workforce as expected industrial, SMK can implement programs of activities, namely: 1) a program teaching factory; 2) The partnership with industry in the form: prakerin good management, On Job Training, the management of industrial visits, labor recruitment, implementation of industrial grade and counseling and guidance from stakeholders related to employment.
Key words: competency
gap,
graduates of vocational competence,
industry demands
PENDAHULUAN
Pada
tahun 2015 seluruh negara yang
berada dalam kawasan ASEAN
akan memulai sebuah hubungan kerjasama
yang akan menjadi sebuah pencapaian baru dalam sejarah hubungan kerjasama
internasional di ASEAN, yaitu AFTA (Asean
Free Trade Area) yang akan dimulai pada akhir tahun 2015 nanti. AFTA
sendiri merupakan wujud dari kesepakatan dari negara-negara ASEAN untuk
membentuk suatu kawasan bebas perdagangan dalam rangka meningkatkan daya saing
ekonomi kawasan regional ASEAN dengan menjadikan ASEAN sebagai basis
produksi dunia serta serta menciptakan pasar regional
bagi penduduk dikawasan tersebut. Pengaruh AFTA didalam sistem pendidikan
Indonesia sudah dapat kita rasakan hari ini, dimana pemerintah dihadapkan pada
sebuah tantangan besar untuk membuat kebijakan-kebijakan yang mendukung untuk
menyiapkan tenaga kerja Indonesia yang mampu bersaing untuk melewati tantangan AFTA 2015. Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK) sebagai salah satu pemegang peranan penting dalam
penyiapan tenaga kerja dituntut untuk selalu dapat mengikuti kebutuhan pasar
yang terus berkembang. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
No. 29 Tahun 1990 tentang pendidikan menengah pasal 3 ayat 2 menyebutkan bahwa,
“Sekolah Menengah Kejuruan mengutamakan penyiapan siswa untuk memasuki lapangan
kerja serta mengembangkan sikap profesional”. Kenyataan di lapangan menunjukkan
bahwa keberadaan SMK saat ini dinilai masih kurang dalam penyiapan lulusannya
sebagai tenaga siap kerja. Menurut Dani Wardani (Callan, VJ:2003 dan Clarke, M:2007)
mensinyalir bahwa ada perbedaan tujuan antara dunia pendidikan dengan dunia
industri karena dunia sekolah menginginkan lulusan yang mempunyai nilai yang
tinggi dalam waktu yang cepat sedangkan dunia industry menginginkan lulusan
dengan kompetensi teknis dan sikap yang baik.
Kenyataan
di atas dibuktikan dengan jumlahnya pengangguran yang ada di Indonesia, dari
data BPS yang yang berkaitan dengan hal
di atas dari http://bisniskeuangan.kompas.com
pada Agustus 2013 lulusan SMK yang menganggur mencapai 11, 21 persen terhadap
jumlah pengangguran terbuka, dan itu merupakan angka tertinggi disusul lulusan
SMA sebesar 9,55 persen, lulusan SMP sebesar 7,15 persen, lulusan diploma
sebesar 6,14 persen, lulusan dari universitas sebesar 5,65 persen dan terakhir
dari lulusan SD menyumbang 3,04 persen. Hal di atas menunjukkan belum adanya link and match antara sekolah dan
industri sehingga lulusan SMK belum terserap di dunia industri, kompetensi lulusan
SMK yang diharapkan oleh industri belum terbentuk dengan baik, kompetensi yang
diharapkan oleh industri adalah keterampilan sesuai dengan bidangnya (hard skill) dan kompetensi sikap,
kerjasama, motivasi yang tergolong dalam soft
skill. Rata-rata sekolah yang ada di Indonesia belum membentuk lulusannya
mempunyai dua keterampilan di atas dan pada akhirnya lulusannya akan sulit
bersaing di dunia kerja. Belum adanya kesamaan visi di atas antara sekolah dan industri menjadikan
penulis ingin memberi gambaran cara meminimalisir celah antara lulusan SMK
dengan tuntutan industri.
Dari paparan diatas dapat ditarik identifikasi
masalah yang berkaitan dengan kesenjangan antara SMK dengan industri yaitu: (a) Tantangan AFTA membutuhkan
penyiapan tenaga kerja yang kompeten yang dibutuhkan oleh industri. (b) Adanya
celah antara kompetensi yang dibutuhkan industri dengan lulusan yang dihasilkan
oleh SMK. (c) Lulusan SMK belum mempunyai dua kompetensi pokok yang dibutuhkan
oleh industri yaitu kemampuan hard skill
dan soft skill atau terkadang hanya salah satu yang
dikuasai lebih baik.
Dari
identifikasi masalah–masalah di atas timbul pertanyaan bagaimana cara yang
harus dilakukan SMK untuk memperkecil jarak kompetensi antara lulusan SMK
dengan kebutuhan industri.
Peran
SMK dalam pendidikan di Indonesia
SMK merupakan salah
satu dari penyelenggara pendidikan, SMK sebagai salah satu lembaga pendidikan kejuruan
memiliki tugas untuk mempersiapkan peserta didiknya untuk dapat bekerja sesuai
dengan bidang keahliannya. SMK merupakan salah satu bentuk
satuan pendidikan formal di Indonesia yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan
pada jenjang pendidikan menengah sebagai lanjutan dari SMP, MTs, atau bentuk
lain yang sederajat. Sekolah di jenjang pendidikan dan jenis kejuruan dapat bernama
SMK atau Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang sederajat.
Tujuan pendidikan
menengah kejuruan menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, terbagi menjadi
tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum pendidikan menengah kejuruan adalah
(a) meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta didik kepada Tuhan Yang Maha
Esa; (b) mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi warga Negara
yang berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, demokratis dan bertanggung jawab; (c) mengembangkan
potensi peserta didik agar memiliki wawasan kebangsaan, memahami dan menghargai
keanekaragaman budaya bangsa Indonesia; dan (d) mengembangkan potensi peserta
didik agar memiliki kepedulian terhadap lingkungan hidup dengan secara aktif
turut memelihara dan melestarikan lingkungan hidup, serta memanfaatkan sumber
daya alam dengan efektif dan efisien.
Proses
pembelajaran di SMK menuntut siswa mempunyai tiga ranah kompetensi yaitu kognitif,
afektif, dan psikomotorik. SMK dituntut harus mampu menciptakan Sumber Daya
Manusia (SDM) yang dapat beradaptasi dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Dalam proses pembelajaran di SMK tugas utamanya adalah pencetak tenaga kerja
yang siap pakai harus membekali peserta didiknya dengan pengetahuan dan
keterampilan yang sesuai dengan kompetensi program keahlian mereka
masing-masing.
Lulusan
SMK berperan dalam memenuhi kebutuhan dunia kerja sebagai tenaga kerja tingkat
menengah, selain diharuskan menguasai kompetensi di bidangnya juga harus mampu
melakukan pengembangan diri sebagai upaya agar tetap mampu berkompetisi pada
saat ini maupun untuk masa yang akan datang menyesuaikan tuntutan jaman. SMK
membekali lulusannya dengan kemampuan kognitif (pengetahuan) dan kemampuan
psikomotorik atau keterampilan (skill), ranah berikutnya adalah
adaptif, tujuannya adalah membekali
lulusannya dengan kemampuan adaptif, yaitu kemampuan untuk melakukan
penyesuaian dan pengembangan diri sesuai dengan perkembangan teknologi dan
industri yang ada, kompetensi adaptif yang diberikan berupa materi pengetahuan
dasar di bidang teknologi sesuai dengan bidangnya masing-masing.
Tuntutan Dunia Industri
Proses
pendidikan di SMK merupakan pembelajaran yang intinya adalah menyediakan sumber
daya insani yang mempunyai daya saing secara internasional karena di
tahun-tahun yang akan datang tantangan internasional lebih mendominasi. Untuk
itulah perlu ada upaya atau strategi dan kebijakan yang perlu dilakukan sebagai
antisipasi bagi perbaikan dan pengembangan proses pendidikan. Dunia industri
sebagai pengguna dari lulusan pendidikan kejuruan atau pendidikan profesional
lainnya senantiasa melihat dan menaruh perhatian yang amat besar pada kompetensi
sumber daya manusia itu. Menurut
Tripathy dalam Pramudi Utomo (2011), semua pekerja pada dunia industri yang
berskala internasional mempersyaratkan penguasaan landasan-landasan kompetensi
dan keterampilan dengan kinerja tinggi. Sekalipun demikian, bagi sebuah perusahaan
mengisyaratkan bahwa tidak semua pekerja dengan hard skill yang dimiliki
dapat menjamin kesuksesan perusahaan dengan laba yang banyak.
Secara
umum beberapa industri menginginkan lulusan yang mempunyai dua kompetensi pokok
yaitu hard skill dan soft skill. Kompetensi hard skill berupa keterampilan yang
digunakan untuk bekerja sesuai bidang keahliannya, sedangkan kompeensi soft skill digunakan untuk mendukung
pekerja menyelesaikan tugasnya. Keterampilan pokok dipelajari ketika lulusan
berada di SMK lewat proses pembelajaran sedangkan soft skill selain di sekolah juga bisa di ajarkan lewat pembiasaan
di sekolah maupun lingkungan luar sekolah. Lebih lanjut Patric S O’ Brien menjelaskan
di Winning Characteristic di http://bisniskeuangan.kompas.com
menyebutkan bahwa soft skill meliputi:
communication skill, organizational
skill, leadership skill, logic skill, effort skill, group skill dan ethic.
Langkah SMK terhadap
Tuntutan Dunia Industri
Kunci pokok pengembangan SMK terletak
pada manajemen sekolah, sekolah seharusnya melakukan proses perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi terhadap semua kegiatan yang ada di sekolah. Kerjasama
sekolah dengan industri adalah suatu keharusan oleh sebuah SMK, karena beberapa
kegiatan sekolah selalu melibatkan dunia industri misalnya Prakerin, On Job Training (OJT), kunjungan industri
dan sebagainya. Peran industri juga dituntut untuk lebih dalam terlibat dalam
kegiatan-kegiatan tersebut, terkadang industri yang terlibat tidak terlalu
berperan banyak karena industri biasanya mempunyai polapikir pragmatis terhadap
keuntungan bisnis mereka.
Manajemen sekolah harus mempunyai
strategi yang mengakomodir kepentingan kedua belah pihak agar kerjasama dengan
industri dapat berjalan dengan lancar dan berkesinambungan. penyamaan visi
kerjasama dalam berbagai bentuk kegiatan harus bertujuan sama yaitu menyediakan
lulusan yang sesuai dengan dunia kerja. Bentuk-bentuk kegiatan disekolah yang
dapat memperkecil celah antara SMK dengan insustri diantaranya:
1.
Program
Teaching Factory
Kegiatan teaching factory terdiri dari dua prinsip utama yaitu pembelajaran
berbasis kompetensi dan pembelajaran berbasis produksi. Pembelajaran berbasis
kompetensi menurut Graeme Dobson yang dikutip Nuryake Fajaryati (2012) adalah pembelajaran
yang bertujuan untuk membantu peserta didik memperoleh keterampilan dan
pengetahuan sehingga mereka mampu melakukan tugas sesuai dengan standar yang
telah ditentukan. Prinsip yang kedua adalah pembelajaran berbasis produksi
menurut Harianto dan Saefudin dalam Nuryake Fajaryati; 2012 menyatakan bahwa
pembelajaran yang berarti siswa terlibat dalam proses produksi.
Bentuk kongkrit teaching factory di
sekolah yang ada di Indonesia adalah penyediaan produksi dan jasa yang sesuai
dengan kompetensi yang ada di sekolah tersebut atau dinamakan Unit Produksi dan
Jasa (UPJ). Pengelolaan UPJ yang ada di sekolah selama ini belum optimal karena
belum mengabungkan kedua prinsip pembelajaran yaitu pembelejaran berbasis kompetensi dan
pembelajaran berbasis produksi. Langkah-langkah yang harus dilakukan agar
pengelolaa UPJ berjalan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai adalah:
a. Pengelolaan
kegiatan pembelajaran
Pengelolaan
pembelajaran untuk meningkatkan kompetensi yang sesuai dengan dunia industri
meliputi:
1) Proses
pembelajaran keterampilan dirancang berdasarkan prosedur dan standar yang
sesungguhnya
2) Setting
pembelajaran dibuat sesuai dengan kenyataan yang ada di industri
3) Pembelajaran
berpusat pada student active learning
dan learning by doing.
4) Pembelajaran
dirancang untuk tujuan pembelajaran yang meningkatkan kemampuan soft skill (mandiri, kerjasama, pantang
menyerah, tanggung jawab dan sebagainya)
5) Mensoialiasikan
kegiatan pembelajaran ke seluruh stake
holder sekolah agar menjadi satu pemahaman tujuan.
6) Melakukan
evaluasi secara periodic terhadap pembelajaran yang berbasis teaching factory.
b. Pengelolaan
kegiatan produksi
Pengelolaan kegiatan produksi dapat dilakukan dengan:
1) Sekolah
menjalin kerjasama dengan industri untuk kepentingan job order dan kerjasama pemasaran terhadap produk siswa.
2) Sekolah
melakukan perencanaan dengan menganalisis jenis-jenis kegiatan yang laku atau
berprospek menjadi keuntungan di
lingkungan sekolah.
3) Sekolah
melakukan perencanaan meliputi: pembentukn tim, program kerja, kebutuhan
pengadaan alat dan bahan, perencanaan harga, dan program pemasaran produk atau
jasa.
4) Sekolah
melakukan pemantauan (quality control)
terhadap pelaksanaan produksi dengan kualitas sebagai bahan patokan.
5) Sekolah
melakukan evaluasi secara periodik terhadap pelaksanaan teaching factory, misalnya produk yang dihasilkan, evaluasi harga, bentuk
kerjasama pemasaran dengan industri dan lain-lain.
Sinergi antara kedua kegiatan yaitu:
kegiatan pembelajaran dengan kegiatan produksi diperlukan untuk pengembangan teaching factory kearah yang lebih baik
memerlukan kerjasama yang partisipatif antar seluruh warga sekolah.
2.
Kerja
sama dengan industri
Bentuk kerjasama antara SMK dengan
industri yang selama ini dilakukan oleh sekolah-sekolah berbentuk pelaksanaan
kegiatan Praktik Kerja Industri (Prakerin). Sekolah memberikan kepercayaan
terhadap industri untuk membimbing siswa mencapai kompetensi sesuai dengan
kurikulum. Kegiatan-kegiatan kerjasama
lain dapat dilakukan untuk memperkecil celah kompetensi anatara lulusan SMK
dengan industri diantaranya:
a. Pengelolaan
Prakerin
Pengelolaan
kegiatan ini terkadang belum optimal karena proses monitoring pembimbing
sekolah terbatas, untuk itu diperlukan langkah-langkah pengelolaan Prakerin
yaitu: 1) sekolah melakukan pendataan dan mengevaluasi tempat atau lokasi yang
standar kareana terkadang pencarian lokasi dilakukan oleh siswa dan sekolah
tidak mengontrol kegiatan tersebut; 2) sekolah melakukan pembekalan prakerin
yang berisi gambaran nyata akan pekerjaan dan sikap yang harus dilakuan selama
prakerin; 3) sekolah melakukan pembimbingan secara periodik minimal satu bulan
sekali; 4) evaluasi periodik terhadap kualitas pembelajaran di industri minimal
satu bulan sekali.
b. Magang
Industri (On Job Training) untuk guru
dan siswa
Kegiatan magang bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan sesuai dengan perkembangan teknologi yang terus
berkembang, sekolah sebaiknya menjalin kerjasama dengan industry agar industri
menyediakan waktu untuk dunia pendidikan jika terdapat teknologi baru yang
mereka ciptakan.
c. Kunjungan
Industri
Bentuk
kegiatan nyata yang bisa dilihat oleh siswa adalah kegiatan kunjungan industri,
dimana siswa secara langsung berkunjung ke industri untuk melihat proses
produksi yang dilakukan mulai dari persiapan produksi sampai dengan pasca
produksi.. Sebaiknya sekolah menjalin kerjasama yang baik
dengan industri yang berskala nasional
atau internasional sebagai lokasi kunjungan.
d. Kelas
Industri
Salah
satu tujuan kelas industri adalah siswa dapat mengikuti pembelajaran sesuai
dengan kegiatan nyata di industri, dalam hal ini sekolah dituntut mendatangkan
industri yang mau memberikan pendidikan disekolah dan tindak lanjutnya biasanya
pada rekruitmen tenaga kerja. kurikulum dalam kelas industri disusun oleh
sekolah dan industri, peran industri disini dituntut untuk menskenario proses
pembelajaran yang menghasilkan lulusan yang sesuai dengan tuntutan dunia kerja.
e. Rekriutmen
Tenaga Kerja
Peran
Bursa Kerja Khusus (BKK) sangat penting dalam proses rekriutmen tenaga kerja,
sekolah melalui BKK sebaiknya menjalin kerjasama dengan industri agar industri
bersedia mencari lulusan untuk bekerja. Jalinan kerjasama rekruitmen dengan
industri sebaiknya secara terus menerus dan selalu dievaluasi secara periodik
agar terus dapat berjalan sesuai rencana.
3.
Peningkatan
pengetahuan bekerja dari lembaga terkait
Lembaga-lembaga terkait yang langsung
berhubungan dengan tenaga kerja adalah Departemen Tenaga Kerja, lembaga
tersebut berwenang untuk memberikan informasi,
pelatihan, dan penyaluran teaga kerja. sekolah sebaiknya menyiapkan
siswa yang akan lulus tentang aturan-aturan tenaga kerja dan proses penyaluran agar siswa mempunyai
gambaran tentang proses ketenagakerjaan yang sesuai dengan aturan. Bentuk
kegiatan-kegiatan tersebut diantaranya: (a) Sosialisasi aturan-aturan dan proses
rekruitmen ketenagakerjaan. (b) Penyiapan kompetensi soft skill dalam menyongsong dunia kerja. (c) Pendidikan dan
pelatihan calon tenaga kerja, dan (d) penyaluran tenaga kerja baik ke dalam
maupun keluar negeri.
SIMPULAN
Langkah kongrit yang bisa dilakukan
sekolah untuk memperkecil kesenjangan
antara SMK dengan industri terkait dengan kompetensi yang dipunyai oleh lulusan
SMK adalah menyiapkan tenaga kerja yang berkompeten baik dari segi hard skill maupun soft skill sesuai harapan industri, SMK dapat melaksanakan
program-program kegiatan yaitu: 1) program teaching
factory; 2) pengelolaan prakerin yang baik; 3) pengelolaan kunjungan industri;
4) penyelenggaraan kelas industri; 5) program On Job Training dan 6) penyuluhan dan pembinaan dari stake holder terkait dengan tenaga kerja.
Harapan
yang diinginkan sekolah terhadap dunia industri untuk siap bekerja sesuai
tuntutan dunia kerja adalah industri sebaknya lebih terbuka dan intens kepada
dunia pendidikan terutama dalam kerjasama dalam bentuk- bentuk yang saling
menguntungkan contohnya: rekruitmen tenaga kerja, pembentukan kelas industri,
penyediaan lokasi prakerin dan kunjungan industri.
Daftar Rujukan
Arikunto, Suharsimi. (2007). Karya Tulis Ilmiah Non penelitian.
Kumpulan Makalah. Tidak diterbitkan
Depdiknas. (1990). Peraturan Pemerintah Nomor 29,
Tahun 1990, tentang Pendidikan Menengah
Depdiknas. (2003). Undang Undang RI No 20, Tahun 2003, tentang Sistim Pendidikan Nasional
Fajaryati,
Nuryake. (2012) Evaluasi Pelaksanaan
Teaching Factory SMK di Surakarta. Jurnal Pendidikan Vokasi No 2 Volume 3
Tahun 2012
Suryowati, Estu. (2014). Mencetak Lulusan yang Diharapkan Industri.
Artikel. Diambil tanggal 27 April 2015 dari http://bisniskeuangan.kompas.com
Utomo,
Pramudi. (2011). Peranan SDM Unggul
Berkarakter dan Tuntutan Dunia Industri Makalah. Diambil tanggal
27 Aprl 2015 dari http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/131576241/mklh_semnas2011_SDM%20dan%20Tuntutan%20Industri.pdf
Wardani, Dani. (2011) Kontribusi Keterampilan Sosial Dalam
Pembelajaran IPS Terhadap Kesiapan Kinerja Praktek Kerja Industri. Jurnal
UPI Edisi Khusus No. 2 Agustus 2011
No comments:
Post a Comment