Class Energizer, Inspirasi Semangat dari Seorang Tokoh
Nugroho Wibowo, M.Pd/SMK Negeri 1 Saptosari Gunungkidul
A. Pendahuluan
Proses
pembelajaran dikelas terdiri dari tiga kegiatan utama yaitu: kegiatan awal,
kegiatan, inti dan kegiatan akhir. Ketiga kegiatan tersebut merupakan satu
kesatuan yang utuh dan berurutan dalam membentuk kemampuan yang diharapkan
dikuasai siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran yang diinginkan. Seorang guru
dituntut untuk mampu merancang dan melaksanakan pembelajaran dengan baik agar
apa yang direncanakan dalam tujuan pembelajaran tercapai. Secara garis besar
kegiatan awal yang berdurasi sekitar 10 sampai dengan 30 menit bertujuan untuk
mengkondisikan kelas untuk siap melaksanakan proses pembelajaran. Kegiatan inti
pembelajaran merupakan kegiatan yang utama dalam proses pembelajaran atau lebih
tepatnya dalam kegiatan inti terdapat proses penguasaan pengalaman belajar (learning
experience) siswa. Dalam kegiatan ini terjadi proses pembentukan pengalaman
dan kemampuan siswa secara terprogram, dalam kurun waktu kegiatan inti hendaknya
guru melibatkan siswa sebanyak mungkin, memberikan kesempatan kepada siswa
untuk berbuat langsung, dan memenuhi kebutuhan siswa baik indivisual maupun
kelompok. Durasi waktu kegiatan inti mempunyai waktu yang terpanjang tergantung
jumlah jam pembelajaranya, jika diprosentase sekitar 75 % dari waktu total jam
pembelajaran.
Tahapan
yang ketiga adalah kegiatan akhir, kegiatan ini dalam proses pembelajaran tidak
hanya diartikan sebagai kegiatan untuk menutup pembelajaran, tetapi terdapat
hal yang lebih utama yaitu bagaimana mengetahui penguasaan siswa terhadap tujuan
pembelajaran yang diharapkan. Kegiatan yang dapat dilakukan oleh guru dalam
kegiatan akhir ini adalah bersama siswa menyimpulkan materi yang diajarkan, dan
untuk mengetahui pemahaman siswa guru dapat memberikan tes, baik lisan maupun
tertulis, langkah akhir dari tahap ini adalah menginformasikan tentang
perencanaan kegiatan dipertemuan selanjutnya.
Ketiga
kegiatan di atas merupakan suatu kesatuan yang utuh dimana setiap tahapan harus
direncanakan dan saling mendukung, hubungan antar kegiatan ketiganya sebaiknya
tidak terputus dan mempunyai daya kesinambungan yang erat. Kemudian timbul
suatu pertanyaan bagaimana jika hubungan antar ketiga kegiatan tersebut tidak
maksimal, semisal kegiatan awal tidak berjalan dengan baik dikarenakan guru
tidak bisa membuat suasana kelas mendukung proses pembelajaran akibat dari guru
tidak menerangkan manfaat yang didapatkan dari pembelajaran yang akan
dilaksanakan. Tentu saja bisa ditebak proses pembelajaran yang terjadi di kelas
tersebut akan berjalan seadanya, siswa akan acuh terhadap materi yang diberikan
karena menganggap materi tersebut tidak berarti baginya. Kasus-kasus yang lain semisal psikis guru
yang dalam keadaan yang terbebani untuk menyelesaikan masalah pribadi juga
dapat mengakibatkan kegiatan awal menjadi kurang baik, suasana kelas menjadi
tegang terbawa oleh kondisi guru dan siswa tidak dapat berkembang belajar
sesuai dengan materi yang diajarkan.
Permasalahan
pada kegiatan awal di atas banyak terjadi dalam dunia pendidikan kita dan
mengakibatkan dua kegiatan yaitu kegiatan inti dan akhir pembelajaran menjadi
hampa dan berjalan seadanya tidak sesuai tujuan pembelajaran yang diinginkan.
Dalam tulisan ini akan dibahas bagaimana membuat kegiatan awal dalam proses
pembelajaran dapat berjalan dengan menarik dengan memberikan class energizer
berupa inspirasi pembangkit semangat dari seorang tokoh yang diidolakan.
Class energizer dapat
diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan guru dalam rangka menyemangati kelas
agar lebih giat dan semangat. Menurut Yuli Fajar Susetyo (2012), Energizer adalah salah satu aktifitas
yang bertujuan untuk menciptakan energi positif, hubungan pasti, dan kesiapan
siswa dalam belajar. Kegiatan dapat berupa aktifitas fisik, aktifitas mental
maupun aktifitas sosial yang menjadi simulasi awal untuk membangun keceriaan,
interaksi, dan kesiapan belajar. Pengalaman terbaik yang penulis lakukan adalah
bersama siswa dalam kelas menentukan suatu tokoh idola yang kemudian dipelajari
biografi dan perjalanan hidupnya kemudian diambil kesimpulan apa yang menarik
dari tokoh tersebut dan hal-hal apa saja yang dapat menjadi inspirasi kepada
orang lain, dalam hal ini tokoh-tokoh yang diambil adalah tokoh-tokoh dalam
bidang teknologi sesuai dengan latar belakang sekolah yaitu Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK).
B. Best Practice/Pengalaman terbaik yang dilakukan
Usia 16 sampai 18 tahun atau usia anak SMA/SMK/MA termasuk dalam kategori
tahap remaja akhir dalam tahapan perkembangan seorang peserta didik, dalam
tahap itu ranah afektif yang mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat,
sikap, emosi, atau nilai masih
labil. Mereka
sering kali terlihat emosi dalam menghadapi setiap
persoalan seperti contoh terjadi pergolakan sikap ketika tidak menyukai aturan yang
dibuat oleh orang
disekitarnya, mereka akan lebih frontal dan berani melawan atau berontak dengan apa yang tidak disukainya. Pada
tahap ini mereka memerlukan pendamping yang bisa mengayomi segala bentuk
pemikiranya, orang-orang yang berada disekitarnya seperti orang tua, guru dan
teman seyogyanya memberikan peran kepada mereka untuk berperan dalam suatu
kegiatan. Terkadang mereka juga harus diberikan peluang untuk menentukan
pengambilan keputusan penanganan sebuah masalah karena hal tersebut akan
membantu seorang anak dalam proses perkembangannya.
Hal tersebut sejalan dengan Rita
Eka Izzaty, et.al, (2007) pada
masa ini individu dihadapkan dengan penemuan
siapa mereka, bagaimana mereka nantinya, dan kemana
mereka menuju dalam kehidupanya, anak remaja dihadapkan
dengan banyak peran baru dan
status orang dewasa.
Peran tokoh atau orang-orang disekitarnya sangatlah diperlukan sebagai
referensi mereka dalam berfikir dan mengelola permasalahan yang mereka hadapi,
oleh karena itu penulis ingin memberikan pengalaman kepada siswa dengan cara
mempelajari biografi tokoh-tokoh ilmuan yang berpengaruh terhadap dunia sebagai
usaha penambahan wawasan dalam pembentukan kepribadian dan pola berfikir siswa.
Proses pemberian wawasan yang dilakukan sesuai dengan alur pada gambar di bawah
ini.
Kegiatan terdiri
dari tiga tahapan yaitu: Tentukan, Literasi dan Lakukan atau
TLL, penjelasan tahapan pada kegiatan tersebut terurai di bawah ini:
1. Tentukan
Tahap pertama yang dilakukan dalam kegiatan ini adalah
menyusun kelompok didalam kelas yang berisi 5-6 orang anggota sehingga
didapatkan dalam kelas sebanyak 6 kelompok. Penyusunan kelompok dapat dilakukan
oleh guru berdasarkan nilai yang diperoleh dengan pedoman setiap kelompok
beranggotakan anggota dengan nilai yang merata. Setelah terbentuk kelompok
kemudian kelompok di bantu guru menentukan tokoh inspirasi yang mereka akan
pelajari melalui buku atau internet. Sesuai kesepakatan tokoh-tokoh yang
diambil adalah ilmuan dalam bidang teknologi, dan hasil diskusi mengerucut
kepada enam tokoh yaitu: Thomas Alfa Edison, Georg Simon Ohm, B.J. Habibie,
Nikolaus August Otto, Henry Ford dan Rudolf Diesel. Setelah selesai penentuan
tokoh inspirasi dilakukan langkah yang kedua yaitu literasi atau menggali lebih
jauh tentang biografi tokoh idolanya.
2. Literasi
Literasi sebagai tahapan yang kedua dilakukan dalam
kelompok kecil, anggota kelompok secara aktif mencari biografi tokoh
inspirasinya melalui buku, majalah dan halaman internet. Mereka berdiskusi
menentukan foto tokoh, perjalanan hidup, kata-kata motivasi/inspirasi yang ada
pada tokoh yang dipilih. Waktu penyelesaian kegiatan ini sekitar satu minggu,
setelah selesai mereka akan berdiskusi dengan guru pembimbing dan menentukan
foto dan kalimat motivasi/inspirasi yang dipilih untuk di cetak dan ditempel
didalam kelas. Pada akhir tahapan ini kelompok juga akan berbagi tugas pada
waktu pemberian class energizer di awal pembelajaran, mereka menentukan siapa
yang bertugas sebagai moderator, motivator dan pemasang foto dan kalimat
inspirasi tokoh idolanya.
3. Lakukan
Tahapan yang terakhir yaitu lakukan, pada tahap ini
kelompok maju di depan kelas memberikan motivasi dan kata-kata inspirasi hasil
dari diskusi yang mereka lakukan sebelumnya mereka juga membawa cetakan banner
dan kalimat inspirasi yang mereka pilih dan selanjutnya akan mereka tempel didalam
kelas. Guru memberikan kesempatan kepada kelompok yang maju waktu sekitar 15 menit
di awal pembelajaran sebelum materi pelajaran diberikan kepada siswa. Motivator
memberikan motivasi tentang perjalanan hidup tokoh yang dipelajarinya dan
dihubungkan dengan tugas mereka selaku peserta didik, guru diakhir motivasi
memberikn kesimpulan terhadap bahan yang disampaikan kelompok yang maju. Setiap
minggu kelompok yang maju sebanyak satu kelompok dan kegiatan ini akan berakhir
dengan waktu enam minggu. Selanjutnya kelompok memasang foto dan banner
kata-kata motivasi/inspirasi dikelas mereka dengan maksud agar senantiasa dapat
dilihat setiap saat sebagai bahan litersi di kelas tersebut.
C. Hasil yang didapatkan
Referensi yang penulis gunakan adalah prinsip brainstorming dalam buku Total Quality Management karya Edward
Sallis (2007) didalam buku itu disebutkan bahwa brainstorming dapat meningkatkan kreatifitas dan mengembangkan ide-ide
atau isu-isu yang cepat. Cara yang dilakukan adalah memberi kesempatan 10-15
menit bagi seluruh anggota kelompok untuk mencurahkan ide/pendapat. Dalam buku
lain yaitu Rahasia Sukses Menjadi Motivator Siswa karya Yuli Fajar Susetyo
(2011) disebutkan bahwa guru sebaiknya bisa mengembangkan kegiatan energizer dikelasnya agar proses
pembelajaran dapat mencapai tujuan yang diinginkan.
Dari hasil wawancara siswa kepada tiga siswa yaitu Suef
Risal, Bekti Agung Pangestu dan Ari Prasetyo didapatkan data bahwa mereka
senang terhadap metode yang dilakukan karena dapat menambah ilmu dan wawasan
dari tokoh yang mereka baca, mereka juga menambahkan bahwa metode tersebut
dapat melatih keberanian untuk menceritakan apa yang telah mereka pelajari. Selanjutnya
mereka merasa bahwa metode TLL ini membuat anggota kelompok menjadi lebih aktif
karena mempunyai peran sendiri-sendiri dalam kelompoknya. Perubahan yang
dirasakan guru selaku penulis terdapat pada sisi keberanian dan kreatifitas
terhadap apa yang akan mereka sampaikan di depan kelas, setiap minggu selalu
ada kalimat-kalimat inspiratif yang berbeda berasal dari seorang tokoh idolanya.
Guru berharap siswa terus dapat mengembangkan kegiatan ini tidak terbatas pada
tokoh-tokoh di bidang teknologi tetapi juga pada tokoh yang lain agar
senantiasa menambah wawasan dan ilmu pengetahuan yang pada akhirnya akan
mempengaruhi kepribadian siswa.
D. Kesimpulan
1. Metode
Tentukan, Literasi, dan Lakukan (TLL) merupakan sebuah class energizer yaitu aktifitas yang bertujuan untuk menciptakan
energi positif hubungan pasti dan kesiapan siswa dalam belajar dikelas sehingga
tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik.
2. Metode
Tentukan, Literasi, dan Lakukan (TLL) merupakan metode yang menyenangkan, dapat
meningkatkan wawasan, kemampuan berkomunikasi dan kreatifitas siswa.
3. Faktor
pendukung yang dirasakan dalam penerapan kegiatan ini adalah antusias siswa
dalam mengerjakan tugas dan terdapat tema motivasi/inspirasi yang berbeda-beda dalam
setiap minggu.
4. Faktor
penghambat dalam kegiatan ini adalah kurangnya waktu penyelesaian tugas oleh
siswa karena hanya dilakukan satu minggu, sebaiknya penugasan dilakukan kurang
lebih dua minggu dalam setiap kelompok.
Daftar Pustaka
Sallis E. (2011). Total
Quality Management in Education, Yogyakarta: IRCiSoD.
Rita E.
I., et.al,. (2007),
Buku Pegangan Kuliah Perkembangan Peserta Didik, http://staff.uny.ac.id.
(Diakses 15 April 2020).
Yuli Fajar Susetyo (2011). Rahasia Sukses Menjadi Motivator Siswa, Yogyakarta: Pinus Book
Publiser.
No comments:
Post a Comment